Buku
ini menjelaskan tentang bagaimana kita untuk bisa lebih menggunakan otak kanan
secara optimal. Disamping itu Ippho menggunakan cara-cara yang Islami dalam
penerapannya. Salah satu contoh dia menjelaskan bagaimana tentang kekuatan
sedekah. Dia mengajak kita jika ingin kaya berlimpah maka bersedekahlah dengan
segera dan banyak. Satu kalimat yang menggelitik hati saya dalam buku itu ia
mengatakan, “sedekah koq seribu, emangnya bayar WC umum”. Jadi ia mengajak
pembacanya untuk segera bersedekah untuk membeli kesulitan hidup dan mengajak
bersedekah dengan nominal yang pantas jangan kaya bayar ke WC umum. Mungkin dalam
benak kita bertanya, “loh wong namanya sedekah ya seikhlasnya saja”. Nah peran
otak kanan di sini berperan, ikhlas itu belajar, ikhlas itu karena kebiasaan. Menurutnya
coba saja dulu dengan bersedekah dengan nominal yang besar, karena dari situ
sebenarnya kita sedang belajar ikhlas. Karena ikhlas tidak ikhlas Allah tetap
akan membalas amal kita seperti yang dijanjikannya dalam Al-Qur’an untuk membalas
sepuluh kali lipat dari sedekah yang kita lakukan. Maka dari sedekahlah kita
harus yakin bahwa kita akan kaya berlimpah dan insya Allah berkah, menurutnya. Dan
saya yakin itu benar.
Bahkan ia mengatakan sedekah dengan
cara terang-terangan pun tidak apa-apa, yang tidak boleh itu terang-terangan
tidak sedekah, celotehnya. Jangan takut dinilai orang sebagai ria, karena yang
menilai sedekah atau amal kita itu Allah bukan orang lain. Biar saja orang
menilai seperti itu, karena mereka tidak tahu niat kita yang sebenarnya, apakah
orang lain tahu tentang isi hati kita? Padahal bisa saja niat kita untuk bersedekah
terang-terangan agar bisa memotivasi orang lain untuk bersedekah. Ya, intinya
jangan takut dianggap ria, bahkan dalam buku keduanya Ippho menjelaskan dahulu
ada sahabat Rasul yang bersedekah dengan terang-terangan, karena untuk
memotivasi orang-orang di sekelilingnya. Dan sedekah itu tidak boleh
ditunda-tunda, karena itu suatu kebaikan. Segerakanlah. Ujarnya dalam buku
tersebut. Yakinlah Allah akan membalas lebih, maka dari situ kita akan menjadi
orang yang kaya berlimpah dan berkah. Dan saya merasakan perubahan setelah membaca
dan mempraktekan apa yang dikatakan di buku tersebut, keren paten, luar biasa. Dan
saya rasa harus banyak orang yang membaca buku tersebut.
Dan salah satu bab lagi di buku
tersebut mengatakan. Untuk cepat meraih apa yang kita inginkan, libatkanlah
sepasang bidadari disebut dalam buku tersebut (orang tua, ibu khususnya dan
juga istri) bahagiakan mereka, minta doa kepada mereka. Jika ibu kita sudah
tidak ada maka orang-orang terdekat ibu kita. Artinya dalam buku tersebut
berpatokan pada ayat Al-Qur’an yang artinya “ridho Allah, tergantung pada ridho
kedua orang tua”. Sewaktu kecil mungkin sampai sekarang kita hanya bisa menyusahkan
kedua orang tua, maka sudah waktunya kita membahagiakan kedua orang tua sekecil
apapun bentuk kebahagiaanya. Karena hal tersebut akan menjadi ridho Allah. Ketika
kedua orang tua khususnya ibu telah meridhoi, maka jalan kita untuk menggapai
sesuatu akan dimudahkan dan dipercepat. Dan juga dalam buku tersebut
mengatakan, selaraskan antara doa kita dengan doa ibu. Minta ibu menyebutkan
satu mimpi saja dulu yang benar-benar kita inginkan, untuk dipanjatkan dalam
setiap doanya. Karena ketika doa kita sudah selaras, maka insya Allah akan ada kekuatan
yang mendorong doa tersebut untuk dikabulkan. Jadi intinya dalam bab tersebut,
bahagiakan kedua orang tua dan selaraskan doa kita tentang apa yang kita
inginkan, begitupun kepada istri, jika kita memang sudah mempunyai istri. Insya
Allah apa yang kita inginkan akan cepat tercapai dan dipermudah jalannya.
Dan di salah satu bab lagi Ippho
menjelaskan tentang jodoh. Banyak orang yang menuntut jodohnya ingin seperti ini
dan seperti itu, tanpa berkaca bahwa dirinya sudah seperti itu pa belum. Ippho
pun menjelaskan bahwa dalam Al-Qur’an dikatakan “lelaki baik untuk wanita baik
dan lelaki tidak baik untuk wanita tidak baik”. Ippho mengatakan sudah baik dan
pantaskah kita untuk mendapatkan suami atau istri yang kita inginkan seperti
ini dan itu? Jika diri kita sendiri belum baik maka janganlah menuntut ingin
mendapat wanita atau suami yang baik. Karena pasangan kita adalah cerminan diri
kita. Maka dari itu Ippho mengajak pembacanya untuk memantaskan diri terlebih
dahulu, terutama dihadapan sang pencipta. Karena jika sudah baik dan pantas,
insya Allah pasangan kita kelak pun akan baik. Karena sekarang ini banyak orang
yang sibuk memantaskan diri dihadapan orang lain, dan melupakan kepantasannya
dihadapan sang pencipta. Orang berlomba-lomba tampil sekece mungkin dihadapan
orang lain atau pas mau ketemu pacar saja, sedangkan ketika hendak beribadah
kita tampil seadanya dengan kaos agak belel mungkin, sarung bolong, padahal itu
berhadapan dengan Sang Pencipta. Nah di sini Ippho dalam buku 7 Keajaiban Rezeki
mengajak untuk memantaskan diri terlebih dahulu dihadapan Sang Pencipta,
sebelum kita menuntut ini dan itu kepada Allah untuk mendapatkan istri atau
suami yang baik.
(maaf jika ada kalimat atau kutipan yang salah. intinya sih seperti itu kurang lebih apa yang dikatakan dibeberapa bab buku tersebut) enjoy :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar