Senin, 06 September 2010

Aku Namai Pagi

Ini dinamakan pagi..
Dari kumandang yang menjerit sempurna..
Ditiup dari petang dan malam, lalu sedikit bercengkrama di tangahnya..
Tak khianat pagi ini tetap disampaikan..
Mentari berkedip manja semanja-manjanya..
Lalu berganti angin dari bulir embun yang tersisa..
Do'a kemarin dan yang barusan disatukan..
Melihat pada tanah apa ada yang terteteskan?? Tetesan yang di iyakan Tuhan..
Sudah puas??
Kurasa harus tetap berdo'a..
Kemarau pun tak pernah puas dengan panasnya..
Tetap disisakan hujan namun sayang tak berpelangi..
Ini dinamakan pagi..
Pengulangan do'a-do'a sebelumya adalah sesetia hujan pada musimnya..
Sialan.!!
Kenapa tidak dari dulu berdo'a??
Mungkin mimpi itu sudah seindah Nirwana tinggal berpeluk pada gelak tawa..
Ini dinamakan pagi..
Seceria kicau gelatik saat kalahkan lelap..
Aku bingung, merdu yang mana??
Susah untuk menyatukan nada..
Kurasa tantangan pagi ini..
Ini dinamakan pagi..
Embun malam tadi siap dikeringkan mentari kembali..
Endap debu mengepak ke udara sesaat lagi..
Hari ini siap meretas janji-janji..
Harapan tak menjadi gumam lagi..
Pagi ini sudah banyak dedikasi..
Rasanya aku harus memberi judul pagi..
Setuju bukan??
Simpan dulu inginmu yang tinggi, ini tentang pagi..
Ini dinamakan pagi..
Sampai batas mana dinamakan pagi??


Majalengka, 6 September 2010.

Minggu, 05 September 2010

Kelu

Kelu..
Ya, Mulutku kelu...
Tak bisa berandai-andai...
Hanya dihidangkan gemuruh angin yang tak kuasa aku baca...
Terus saja ku coba tumpahkan imaji....
From God, heart, mind, and writing..

Majalengka, 5 September 2010

Malam dan Imaji

Dari rahim malam ini kulahirkan imaji..
dan ku hitamkan dengan pena..
Tentangmu..
Dan sebelum engkau berlari..
Ku ingin kau pahami rintik hujan malam ini..
Maafkan jika waktu yang ku beri untuk kau memahami hanya sampa senja..
Kurasa lebih dari cukup..
Ya, sampai senja..
Kurasa kau bisa membaca dengan hati..

Majalengka, 5 September 2010.